WAHYUNINGSIH, SRI (2017) EFEKTIVITAS TERAPI STIMULASI RADIOELEKTRIK NON-INVASIF DALAM TATALAKSANA AGORAFOBIA MENURUT PANDANGAN KEDOKTERAN DAN ISLAM. Diploma thesis, Universitas YARSI.
Text
1. COVER REAC AGORAFOBIA.pdf Download (104kB) |
|
Text
abstrak.pdf Download (77kB) |
|
Text
pernyataan persetujuan.pdf Download (10kB) |
|
Text
3. BAB I - REAC AGORAFOBIA.pdf Download (74kB) |
|
Text
4. BAB II - REAC AGORAFOBIA.pdf Restricted to Registered users only Download (276kB) |
|
Text
5. BAB III - REAC AGORAFOBIA.pdf Restricted to Registered users only Download (1MB) |
|
Text
6. BAB IV - REAC AGORAFOBIA.pdf Restricted to Registered users only Download (88kB) |
|
Text
7. BAB V - REAC AGORAFOBIA.pdf Restricted to Registered users only Download (90kB) |
|
Text
8. DAPUS REAC AGORAFOBIA.pdf Download (173kB) |
Abstract
Agorafobia merupakan ketakutan terhadap ruang terbuka atau orang banyak serta adanya kesulitan untuk segera menyingkir ke tempat aman. Tatalaksana dengan anti ansietas menunjukkan hasil memuaskan, namun gejala agorafobia sering kambuh dan efektivitas psikoterapi tidak didukung oleh bukti-bukti studi yang kuat. Oleh karena itu, dikembangkanlah sebuah terapi stimulasi otak dengan memanfaatkan alat radioelektrik non invasif disebut REAC. Tujuan umum penulisan skripsi ini adalah membahas mengenai efektivitas terapi stimulasi radioelektrik non-invasif dalam tatalaksana agorafobia menurut tinjauan kedokteran dan Islam. Analisa literatur mengenai efektivitas terapi stimulasi REAC menunjukkan bahwa REAC adalah teknologi inovatif dengan teknik biostimulasi yang memanfaatkan frekuensi radio dalam menstimulasi aktivitas otak secara asimetris. Regio otak yang distimulasi REAC merupakan regio otak di area primer, area assosiasi atau kedua area tersebut yang berperan dalam penyelesaian tugas, proses somatosensoris, perencanaan gerakan dan proses komunikasi. Terapi REAC pada agorafobia menghabiskan durasi yang lebih singkat dalam pengerjaannya, respon klinis yang ditunjukkan lebih stabil (lebih dari 6 bulan), serta biaya yang dikeluarkan jauh lebih ekonomis. Studi lain menunjukkan bahwa terapi REAC lebih efektif dibandingkan sertraline dan Escitalopram karena mampu menurunkan gejala-gejala agorafobia dan mengurangi disabilitas pasien. Menurut pandangan Islam, agorafobia merupakan ganguan kejiwaan yang perlu diobati sebagaimana anjuran Rasulullah agar berobat. Bagi pasien yang tidak merespon terhadap pengobatan biasa, mereka tergolong dalam kondisi kesulitan, sehingga untuk melepaskan kesulitannya, dianjurkan memilih terapi alternatif, salah satunya yaitu REAC. Terapi REAC merupakan salah satu pengobatan agorafobia yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dan memberikan manfaat bagi pasien sehingga pengobatan dengan REAC diharapkan dapat membantu pasien memelihara tujuan syariat Islam. Kedokteran dan Islam sepakat berpendapat bahwa penerapan terapi REAC dalam tatalaksana agorafobia berprinsip pada kaidah manfaat dan keringanan bagi pasien, selain itu terapi REAC tidak bertentangan dengan syariat Islam dan mampu memelihara tujuan syariat Islam penderita yang meliputi pemeliharaan terhadap nyawa, akal, harta, agama dan keturunan penderita. Kata kunci : stimulasi, REAC, radioelektrik, agorafobia, gangguan panik, non-invasif, efektivitas
Item Type: | Thesis (Diploma) |
---|---|
Additional Information: | S-6315-FK |
Uncontrolled Keywords: | Stimulasi, REAC, radioelektrik, agorafobia, gangguan panik, non-invasif, efektivitas |
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Divisions: | Faculty of Medicine, Health and Life Sciences > School of Medicine |
Depositing User: | Unnamed user with email admin@yarsi.ac.id |
Date Deposited: | 22 Oct 2021 04:02 |
Last Modified: | 22 Oct 2021 04:02 |
URI: | http://digilib.yarsi.ac.id/id/eprint/9162 |
Actions (login required)
View Item |